Ketahui Kadar Antibodi COVID-19 dengan Tes Antibodi Kuantitatif
Jakarta, MurniCare – Antibodi COVID-19 adalah protein yang dibuat oleh sistem imun untuk melawan infeksi akibat serangan virus COVID-19.
Umumnya, antibodi ini dapat terbentuk secara alami setelah Anda mengalami infeksi atau melalui vaksinasi COVID-19.
Antibodi sendiri dibuat atau terbentuk secara spesifik untuk melawan patogen tertentu. Jika patogennya virus COVID-19, maka yang digunakan untuk melawan virus tersebut adalah antibodi COVID-19.
Langkah yang paling aman dan efektif untuk merangsang tubuh dalam membentuk antibodi adalah vaksinasi. Alasannya, Anda tidak perlu terserang penyakit terlebih dahulu untuk mendapatkan antibodi.
Melansir dari laman medpagetoday, Anda akan lebih terlindung dari COVID-19 jika jumlah antibodi Anda berada di angka 2,500 Units/mL. Namun, hal ini pun tergantung pada seberapa besar risiko Anda terpapar virus Corona. Jika risikonya kecil, 1.000 Units/mL atau lebih mungkin sudah cukup untuk memproteksi diri.
Lantas, adakah cara untuk mengetahui kadar antibodi COVID-19 setelah terinfeksi maupun vaksinasi?
Mengukur Kadar Antibodi COVID-19
Salah satu cara untuk mengetahui jumlah antibodi dalam tubuh adalah dengan menjalani tes antibodi COVID-19 kuantitatif atau IgG s-RBD/SARS-COV-2 Quantitative Test.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi antibodi terhadap protein spike-RBD.
Sebagai informasi, IgG atau Imunoglolubin G adalah jenis antibodi yang terbentuk beberapa minggu setelah tubuh terinfeksi virus Corona atau mendapatkan vaksin COVID-19. Antibodi ini dapat bertahan di dalam tubuh selama beberapa bulan.
Namun begitu, berapa lama antibodi bisa bertahan sebenarnya berbeda-beda untuk setiap penyakit maupun individunya.
Sementara itu, s-RBD adalah singkatan dari spike-Receptor Binding Domain. Ini adalah bagian penting virus yang berlokasi di wilayah spike dan digunakan oleh virus untuk memasuki sel tubuh manusia melalui ikatan reseptor ACE-2.
Di lain sisi, s-RBD pun sering menjadi target utama penelitian yang digunakan untuk kepentingan pencegahan dan penanganan COVID-19.
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan tes antibodi kuantitatif adalah Electro Chemiluminescence Immunoassay (ECLIA).
Melansir laman BALITTAS, ECLIA adalah pemeriksaan serologi atau imunoserologi dengan sampel darah (plasma atau serum) yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi apakah tubuh telah terinfeksi dengan melihat respons kekebalannya.
Metode ini menggunakan protein rekombinan mewakili RBD antigen S untuk mengukur antibodi spesifik dengan afinitas tinggi terhadap SARS-CoV-2 secara kuantitatif.
Kapan Sebaiknya Melakukan Tes Antibodi COVID-19 Kuantitatif?
Pemeriksaan antibodi kuantitatif disarankan bagi beberapa kelompok orang. Mulai dari penyintas COVID-19, penerima vaksin COVID-19, pendonor plasma konvalesen hingga penerimanya.
Agar hasilnya akurat, pemeriksaan s-RBD kuantitatif sebaiknya dilakukan 14 hari setelah mendapatkan vaksin dosis kedua. Pada waktu tersebut, biasanya sudah terjadi serokonversi sehingga keberadaan antibodi dapat terdeteksi.
Serokonversi adalah berkembangnya respons antibodi yang dapat terukur setelah infeksi maupun imunisasi.
Memahami Hasil Tes
Sama halnya dengan tes skrining COVID-19, hasil tes antibodi kuantitatif juga bisa berupa positif dan negatif. Ini tergantung pada terdeteksi atau tidaknya antibodi di dalam tubuh Anda.
Melansir dari laman CDC, tes antibodi positif menunjukkan bahwa Anda memiliki antibodi dari infeksi akibat virus Corona atau dari vaksinasi COVID-19.
Sedangkan jika hasilnya negatif, Anda mungkin tidak memiliki antibodi. Hal ini terjadi karena Anda belum pernah terpapar SARS-CoV-2 atau belum mendapatkan vaksin Corona.
Hasil Tes Positif
Hasil tes antibodi positif menunjukkan bahwa Anda memiliki antibodi COVID-19 dari infeksi akibat virus Corona atau dari vaksinasi.
Terkadang, Anda bisa saja terkonfirmasi positif memiliki antibodi COVID-19 walaupun tidak mengalami gejala atau belum mendapatkan vaksin Corona. Hal ini dapat terjadi karena Anda terserang infeksi tapi tidak menimbulkan gejala.
Selain itu, ada juga istilah hasil positif palsu. Ini berarti tubuh sebenarnya tidak memiliki antibodi namun tes tersebut menunjukkan hasil positif.
Hasil Tes Negatif
Sedangkan jika hasilnya negatif, Anda mungkin tidak memiliki antibodi. Hal ini terjadi karena Anda belum pernah terpapar virus Corona atau belum mendapatkan vaksin SARS-CoV-2 .
Dalam kasus tertentu, sebagian orang hanya terkonfirmasi positif memiliki antibodi COVID-19 dari infeksi saja, tidak dari vaksin meski sudah mendapatkannya.
Di lain sisi, terkadang tes juga menunjukkan hasil negatif padahal tubuh memiliki antibodi. Ini disebut sebagai hasil negatif palsu. Hal ini bisa saja terjadi karena seseorang melakukan tes di saat antibodi belum terbentuk sempurna dan belum terdeteksi.
Itulah informasi seputar tes antibodi kuantitatif atau IgG S-RBD/SARS COV-2 Quantitative Test yang perlu Anda ketahui. Tidak ada salahnya untuk melakukan tes tersebut untuk memonitor jumlah antibodi dalam tubuh.
Baca juga: Jumlah Antibodi Menurun, Masyarakat Butuh Vaksin Booster
MurniCare sebagai healthcare provider yang komprehensif, menyediakan tes antibodi COVID-19 bagi Anda yang ingin mengetahui seberapa kuat sistem kekebalan tubuh Anda setelah divaksin. Layanan ini tersedia melalui drive-thru dengan hasil yang akan keluar 1 hari setelah pengambilan sampel dilakukan.
Jadi tunggu apalagi? Yuk segera lakukan tes antibodi COVID-19 sebagai salah satu bentuk proteksi terhadap varian Omicron. Booking layanan dapat dilakukan di sini.
Untuk informasi mengenai layanan lainnya yang tersedia, silakan hubungi MurniCare melalui Hotline 1500 813 atau WhatsApp 0811 811 146.