Pembaruan

4 Alasan Seseorang Melakukan Panic Buying saat Pandemi COVID-19

4 Alasan Seseorang Melakukan Panic Buying saat Pandemi COVID-19

Gambar dari Freepik

Jakarta, MurniCare – Gelombang pandemi COVID-19 kedua yang menerpa Indonesia di pertengahan 2021 memunculkan sebuah fenomena yang disebut panic buying – pembelian atau penimbunan suatu barang secara besar-besaran karena rasa panik dan takut yang berlebih.

Jika Anda masih ingat, tepatnya di periode awal pandemi, muncul juga berita terkait panic buying di mana masyarakat berbondong-bondong memborong masker dan hand sanitizer.

Akibat fenomena ini, stok kedua barang tersebut sempat mengalami kelangkaan dan harganya melambung tinggi.

Berselang setahun kemudian, fenomena panic buying pun kembali terjadi.

Belum lama ini beredar video viral di media sosial yang menampilkan warga berebut produk susu merk tertentu di supermarket. Warga terlihat tidak menjaga jarak dan bahkan saling senggol untuk mendapatkannya.

Penyebab Terjadinya Panic Buying saat Pandemi

Menurut Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS), Drajat Tri Kartono, panic buying muncul karena adanya demonstration effect – keadaan di mana seseorang akan meniru perilaku yang banyak dilakukan oleh orang lain.

“(Ibarat) saya tidak punya alasan yang sangat penting terhadap kebutuhan barang itu. Tapi karena orang lain melakukannya, jadi saya merasa juga harus ikut membeli,” kata Drajat.

Adapun pemicu lain yang menyebabkan terjadinya panic buying, di antaranya adalah:

Rasa Panik Berlebih

Penyebab Panic Buying

Gambar dari Freepik

Lanjutnya, panic buying juga muncul karena adanya kepanikan.

“Suatu kecemasan atau kepanikan bahwa barang yang saya butuhkan itu akan hilang dalam waktu cepat di pasar. Kalau saya tidak respon cepat, saya akan kehilangan barang itu,” ucapnya.

Dikatakannya, panic buying biasanya akan berhubungan dengan kebutuhan ekonomi. Contohnya pada momen reformasi 1998, di mana nilai tukar rupiah menjadi tidak stabil.

Alhasil, masyarakat pun berlomba-lomba memborong kebutuhan pokok sebelum harganya meroket.

Sistem yang Terganggu

Panic buying saat pandemi COVID-19

Gambar dari Freepik

Selain itu, panic buying juga dapat dipicu karena adanya sistem tatanan kehidupan yang sedang mengalami gangguan, contohnya di masa pandemi ini – baik ekonomi, kesehatan, atau pun sosial.

Misalnya seperti fenomena warga memborong produk vitamin, obat-obatan, dan susu merk tertentu saat pandemi COVID-19. Ini terjadi karena sistem pendukung kesehatan sudah tidak mampu lagi berjalan dengan normal.

“Masyarakat melihat RS penuh, RS hanya akan menerima seseorang yang sudah sakit parah. Untuk mengatasi kegagalan sistem itu, seseorang harus membuat jaringan pengaman sendiri,” katanya

Penyebaran Hoax

Gambar dari Freepik

Di samping itu, ujar Drajat, fenomena panic buying pun bisa timbul karena beredarnya informasi negatif di tengah masyarakat.

Ia mengatakan, informasi negatif itu nantinya akan mendorong seseorang untuk mengonsumsi secara simbolik saja. Artinya, seseorang membeli bukan karena kebutuhan, tetapi karena simbol keyakinan akan manfaat yang mungkin bisa didapat dari produk tersebut.

Apalagi, menurut Drajat, barang yang identik dengan pandemi akan selalu diburu.

Adapun tambahan dari  Pakar Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman yang menganggap  bahwa fenomena panic buying ini dipicu karena beredarnya hoax. Pemerintah, jelasnya, perlu membahas dan membantah informasi palsu tersebut.

“Harus diketahui juga di situasi pandemi ini, ada pihak yang tidak punya empati mengambil keuntungan di tengah musibah dengan membuat berita hoax termasuk membuat klaim-klaim yang tidak berdasar terkait obat, makanan dan sebagainya,” sambung Dicky.

Lanjutnya, warga harus menjaga protokol kesehatan dan pola hidup sehat. Salah satunya adalah dengan mengonsumsi susu. Namun, Dicky pun menghimbau agar tidak perlu terpatok dengan satu merk susu saja.

“Ketika sakit, isoman tidak usah macam-macam mau minum susu, tidak usah merk tertentu, semua jenis susu ya bisa. Mau makan apapun bisa itu harus diperjelas oleh Pemda setempat untuk mengedukasi,” tutur Dicky.

Bagi Anda yang merasa mengalami gejala COVID-19 maupun sedang menjalani isolasi mandiri, jangan panik dan tetap berpikiran jernih.

Sebagai penyedia layanan kesehatan yang komprehensif, MurniCare menyediakan berbagai layanan yang Anda butuhkan di tengah pandemi COVID-19. Mulai dari layanan untuk penanganan COVID.

Selain itu, MurniCare juga memiliki layanan Medical Check Up bagi Anda yang ingin menjaga dan meningkatkan kesehatan Anda. Karena seperti kata pepatah, mencegah lebih baik daripada mengobati.

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi MurniCare melalui Hotline: 1500 813 atau WhatsApp: 0811 811 146.

Tinggalkan Balasan