Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 Masuk Indonesia, Apakah Lebih Berbahaya?
MurniCare, Jakarta – Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 telah menyebar di berbagai negara, termasuk Indonesia. Melansir dari situs Kementerian Kesehatan, kedua subvarian Omicron ini pertama kali terdeteksi di Indonesia pada 6 Juni 2022.
Lantas, apakah subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 lebih berbahaya daripada varian pendahulunya? Perlukah kembali memakai masker di luar ruangan?
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memprediksi puncak kenaikan kasus COVID-19 akibat penularan Omicron BA.4 dan BA.5 akan terjadi pada Juli mendatang.
“Pengamatan kami ini gelombang BA.4 dan BA.5 itu biasanya puncaknya tercapai satu bulan sesudah penemuan kasus pertama. Jadi, seharusnya di minggu kedua atau minggu ketiga Juli kita akan melihat puncak kasus dari BA.4 dan BA.5 ini,” ungkap Budi dalam telekonferensi usai Ratas Evaluasi PPKM, di Istant Kepresidenan, Jakarta, Senin (13/6).
Meski berpotensi memicu gelombang COVID-19 baru, berdasarkan hasil pengamatan dari Kementerian Kesehatan, kedua subvarian siluman Omicron tersebut diperkirakan tidak akan memberikan dampak yang lebih buruk dari varian Delta maupun varian Omicron lainnya.
“Kami juga mengamati khususnya di Afrika Selatan, di mana varian BA.4 dan BA.5 ini pertama kali teridentifikasi dan hasil pengamatan kami bahwa puncak dari penularan varian BA.4 dan BA.5 ini sekitar 1/3 dari puncak Delta dan Omicron, kasus hospitalisasinya juga 1/3 dari kasus Delta dan Omicron, sedang kasus kematiannya 1/10 dari kasus kematian di Delta dan Omicron,” tambahnya.
Situasi pandemi di Indonesia
Menkes Budi mengumumkan bahwa saat ini sudah terdapat 8 kasus dari kedua subvarian Omicron ini di tanah air. Tiga kasus di antaranya adalah imported cases yang berasal dari Maurisius, Amerika Serikat, dan Brazil.
Ketiga pasien tersebut merupakan pelaku perjalanan luar negeri delegasi pertemuan Global Platform for Disaster Risk Reduction. Acara ini berlangsung di Bali pada 23 sampai 28 Mei.
Sedangkan lima kasus lainnya merupakan kasus transmisi lokal yang terdeteksi di Jakarta dan Bali.
Budi mengakui bahwa pasca cuti bersama dan libur lebaran, kenaikan kasus di Indonesia mulai bermunculan di beberapa daerah, yakni Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan Bali.
Meski begitu, ia cukup yakin sampai saat ini situasi pandemi COVID-19 di Indonesia masih lebih baik dibandingkan di negara lain.
Terlebih lagi, jika mengukur dari indikator pandemi yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), situasi COVID-19 di Indonesia masih tergolong aman.
“WHO kasih standar untuk kasus konfirmasi level satu itu adalah maksimal 20 kasus per minggu per 100 ribu penduduk. Kondisi Indonesia sekarang masih di level satu. Jadi walaupun ada kenaikan, itu masih di level satu. Positivity rate juga WHO kasih standar lima persen, kita masih di angka 1,36 persen. Reproduction rate atau reproduksi efektif itu juga dikasih standar di atas satu yang relatif perlu dimonitor. Kita masih di angka satu sehingga dari tiga indikator transmisi, kondisi Indonesia masih baik,” jelasnya.
Masyarakat perlu mewaspadai subvarian Omicron
Budi pun mengungkapkan, Presiden Jokowi meminta semua pihak untuk tetap waspada terhadap kemunculan subvarian Omicron terbaru ini.
Menurutnya, masyarakat harus selalu hati-hati dan waspada agar kondisi penanganan pandemi serta kegiatan sosial dan ekonomi dapat berjalan dengan seimbang.
Pemerintah pun, tambah Budi, akan terus mempercepat pelaksanaan vaksinasi dosis lengkap dan booster.
Apabila tingkat imunitas masyarakat mumpuni, Indonesia kemungkinan besar dapat menekan kenaikan kasus yang cukup signifikan. Oleh karena itu, Budi mengimbau masyarakat untuk turut membantu memperlancar jalannya program vaksinasi COVID-19.
Selain percepatan vaksinasi, pemerintah juga lanjut Budi, mengimbau masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan, terutama disiplin dalam penggunaan masker.
“Jadi kalau kita ditanya masker tetap kalau di luar ruangan kita bisa buka. Tapi kalau di luar ruangan kerumunannya padat sekali atau ada yang batuk-batuk atau kita sendiri merasa tidak sehat, silahkan memakai masker,” ucap Budi.
Diprediksi memicu kenaikan kasus
Ahli Epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menjelaskan, subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 termasuk ke dalam Variant of Concern (VoC) atau varian yang perlu diwaspadai.
Selain merupakan turunan dari varian Omicron sebelumnya, BA.4 dan BA5 juga memiliki mutasi yang berasal dari varian Delta L452.
“Nah L452 ini sebagaimana delta, membuat mutasi BA.4 dan BA.5 ini mudah sekali menginfeksi orang yang bukan hanya yang belum divaksinasi, bahkan yang sudah divaksinasi, bahkan yang sudah dapat dua dosis, atau yang sudah terinfeksi oleh BA.1, BA.2, BA.3 itu bisa terinfeksi oleh dua subvarian ini,” ungkapnya.
Sama halnya dengan mutasi dari varian Delta L452, lanjut Dicky, kedua subvarian Omicron tersebut sangat mudah terikat dalam sel organ tubuh manusia, khususnya sel paru.
Selain itu, keduanya juga memiliki kemampuan untuk mengelabui atau menghindar dari antibodi (immune escape). Baik itu yang berasal dari infeksi alami maupun dari vaksinasi COVID-19.
Dicky pun memprediksi kenaikan kasus COVID-19 akibat penularan subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 bisa mencapai 12-13 persen.
“Dan umumnya kalau tidak ada upaya yang memadai misalnya PPKM-nya dicabut, (cakupan) vaksinasinya buruk, perilaku dari masyarakat yakni dalam hal pemakaian masker juga buruk, itu dalam dua minggu bisa dominan, dan bisa menyebabkan peningkatan atau gelombang baru,” jelasnya.
Itulah sekilas informasi mengenai subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang berhasil masuk ke Indonesia. Meski penularannya belum meluas, warga Indonesia harus tetap waspada dengan melakukan berbagai langkah pencegahan yang ada.
Selain menerapkan protokol kesehatan dan vaksinasi, salah satu cara agar terlindung dari subvarian Omicron adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh.
Peningkatan tersebut bisa Anda lakukan dengan mendapatkan suntikan vitamin C dari MurniCare. Sebagai penyedia layanan kesehatan yang komprehensif, MurniCare tidak hanya menyediakan layanan tes COVID-19 yang lengkap dan terjangkau, melainkan suntik vitamin C juga.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi MurniCare melalui Hotline 1500 813 atau WhatsApp 0811 811 146.