Kesehatan, Pembaruan

Hipersomnia – Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Seorang wanita merasa sangat mengantuk saat mengendarai mobil karena menderita hipersomnia

MurniCare, Jakarta – Gangguan tidur ternyata bukan hanya insomnia saja. Salah satunya yang perlu Anda ketahui adalah hipersomnia. Berbeda dari insomnia yang menyebabkan kesulitan tidur di malam hari, hipersomnia adalah gangguan yang membuat penderitanya terserang rasa kantuk yang berlebih pada siang hari.

Seorang wanita merasa sangat mengantuk saat mengendarai mobil karena menderita hipersomnia

Gambar dari Freepik

Lantas, adakah tanda atau gejala hipersomnia yang perlu diwaspadai? Bagaimana cara mengatasi hipersomnia jika sudah mengalami gejalanya? Tenang, tak perlu khawatir. Dalam artikel ini tersemat penyebab, gejala, dan cara mengatasinya. Namun sebelum itu, ketahui dulu yuk apa itu hipersomnia.

Apa itu Hipersomnia?

Hipersomnia adalah gangguan tidur yang menyebabkan penderitanya mengalami rasa kantuk yang berlebih, terutama pada siang hari. Pun, kerap terjadi meski penderitanya sudah mendapatkan waktu tidur yang cukup atau lebih.

Kondisi ini disebut juga dengan istilah excessive daytime sleepiness (EDS).

Gangguan tidur ini terbagi ke dalam dua jenis, yaitu primer dan sekunder. Dikatakan sebagai hipersomnia primer bila EDS berlangsung selama minimal 3 bulan tanpa disertai gejala lain.

Jenis primer ini biasanya disebabkan oleh adanya gangguan pada otak yang mengatur pola tidur dan bangun.

Sementara itu, terjadinya hipersomnia sekunder lebih diakibatkan oleh kualitas tidur di malam hari yang buruk. Pada jenis sekunder, hipersomnia adalah manifestasi dari penyakit lain. Berbagai penyakit tersebut meliputi penyakit Parkinson, gagal ginjal, dan sindrom kelelahan kronis.

Tidak seperti pengidap gangguan tidur narkolepsi, penderita gangguan tidur jenis ini masih bisa menahan rasa kantuknya walau merasa sangat lelah.

Penyebab hipersomnia

Mengutip dari WebMD, berikut ini sejumlah hal yang menyebabkan terjadinya hipersomnia sekunder:

  1. Tidak mendapatkan waktu tidur yang cukup di malam hari.
  2. Pola hidup tidak sehat.
  3. Berat badan berlebih atau obesitas.
  4. Depresi.
  5. Kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol.
  6. Gangguan tidur lain, seperti insomnia, narkolepsi, dan sleep apnea.
  7. Riwayat cedera kepala atau penyakit neurologis.
  8. Penggunaan obat-obatan tertentu.
  9. Faktor genetik atau keturunan.

Gejala hipersomnia

Gangguan tidur ini lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan pada wanita. Namun begitu, sampai saat ini, belum diketahui faktor apa yang memicu hal tersebut. Berikut gejala umum yang dialami oleh penderita hipersomnia:

  1. Merasa sangat lelah sepanjang waktu.
  2. Selalu merasa butuh tidur siang.
  3. Tetap mengantuk meski telah tidur cukup atau dalam jangka waktu lama.
  4. Sulit berkonsentrasi.
  5. Sulit mengingat.
  6. Mudah marah atau tersinggung.
  7. Sering merasa cemas.
  8. Tidak nafsu makan.

Agar tidak menimbulkan komplikasi, penderita hipersomnia yang mengalami satu atau lebih gejala tersebut harus segera mendapatkan penanganan yang tepat.

Komplikasi

Bila gejala hipersomnia yang telah berlangsung lama tidak segera diatasi secara tepat, berikut ini beberapa komplikasi yang akan terjadi:

  1. Gelisah.
  2. Sulit berkonsentrasi.
  3. Halusinasi.
  4. Berkurangnya nafsu makan.
  5. Gangguan ingatan.
  6. Berat badan turun.
  7. Bicara lambat.

Diagnosis

Dalam menentukan diagnosis hipersomnia, dokter akan mengevaluasi gejala yang dialami penderita serta riwayat medis dan riwayat penyakit keluarga. Setelah itu, dokter juga akan menanyakan obat-obatan yang sedang dikonsumsi dan melakukan pemeriksaan fisik, seperti detak jantung.

Melansir Healthline, ada juga serangkaian pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis gangguan tidur ini, yaitu:

  1. Epworth Sleepiness Scale atau Skala Kantuk Epworth

Pada pemeriksaan ini, dokter akan meminta pasien untuk mengukur rasa kantuk yang dialami guna melihat pengaruhnya terhadap aktivitas sehari-sehari.

  1. Sleep Diary atau agenda tidur

Agar dapat memantau durasi dan pola tidur sehari-sehari, dokter menyarankan pasien untuk mencatat atau mendokumentasikan jam tidur dan jam bangunnya.

  1. Polisomnogram

Pasien dianjurkan untuk menginap semalam di klinik atau pusat penelitian tidur saat menjalani pemeriksaan polisomnogram. Pada pemeriksaan ini, dokter akan memantau aktivitas otak, pergerakan bola mata dan kaki, denyut jantung, pernapasan, dan kadar oksigen saat pasien tertidur.

  1. Multiple sleep latency test atau pemeriksaan latensi tidur multipel

Tes ini biasanya dilakukan sehari setelah polisomnogram. Selain mengukur kadar kantuk, multiple sleep latency test ini juga dilakukan untuk memantau sejauh mana pasien memasuki fase tidur pada siang hari.

Cara mengatasi hipersomnia

Penanganan gangguan tidur jenis ini lebih berfokus untuk meredakan gejala yang dialami oleh pasien.

Dalam prosesnya, obat-obatan stimulan yang digunakan untuk mengatasi narkolepsi seperti obat amphetamine, methylphenidate, dan modafinil, dapat diberikan kepada pasien hipersomnia agar tidak mudah mengantuk dan merasa lebih segar.

Selain itu, dokter juga dapat merekomendasikan pasien untuk menerapkan gaya hidup sehat, seperti:

  1. Membuat jadwal tidur yang teratur.
  2. Menghindari konsumsi minuman beralkohol, kafein, dan obat-obatan yang dapat memengaruhi pola tidur.
  3. Menjauhi kegiatan yang dapat memperburuk kondisi gejala yang dialami, khususnya menjelang tidur.
  4. Mengonsumsi makanan kaya nutrisi.

Pencegahan

Sampai saat ini, belum ada metode spesifik yang terbukti efektif mencegah hipersomnia. Namun, ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk menurunkan risikonya, yakni:

  1. Disiplin tidur dan bangun pada jam yang sama.
  2. Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman, tenang, dan sejuk.
  3. Hindari minuman berkalkohol.
  4. Berhenti mengonsumsi obat-obatan yang memicu rasa kantuk.

Itulah sekilas informasi seputar penyebab, gejala, hingga cara mengatasi hipersomnia. Setelah mengetahui apa itu hipersomnia, sebaiknya Anda tidak meremehkan gangguan tidur ini, apalagi jika sudah berlangsung lama.

Pasalnya, selain mengganggu rutinitas, gangguan tidur ini juga dapat meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas akibat mengantuk atau tertidur saat berkendara.

Bila Anda atau anggota keluarga mengalami hipersomnia, jangan ragu untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat seperti MurniCare.

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi MurniCare melalui Hotline 1500 813 atau WhatsApp 0811 811 146.

Tinggalkan Balasan