Kesehatan, Pembaruan

Hasil Tes PCR Bisa Berbeda? Begini Kata Ahli

Hasil Tes PCR Bisa Berbeda? Begini Kata Ahli

Jakarta, MurniCare – Sampai saat ini, metode swab atau usap Polymerase Chain Reaction atau tes PCR masih menjadi gold standard dalam mendiagnosa COVID-19.

Namun karena beberapa faktor, swab PCR kemungkinan bisa memberikan hasil yang berbeda meski dilakukan dalam waktu yang berdekatan.

Hasil Tes PCR Bisa Berbeda? Begini Kata Ahli

Gambar dari Freepik

Melansir dari laman Prevention, hasil tes COVID-19 terbagi menjadi 4 jenis, yaitu positif, negatif, positif palsu, dan negatif palsu.

Menurut profesor dari University of Washington School of Medicine, Geoffrey Baird, M.D., Ph.D., benar dan salahnya hasil tes COVID-19 mengacu pada tingkat akurasinya. Sementara positif dan negatifnya mengacu pada hasil yang diterima.

Positif palsu bisa saja terjadi pada sebuah pemeriksaan COVID-19, namun sangat jarang ditemukan. Berbeda dengan negatif palsu yang kerap terjadi di masyarakat.

Misalnya, seseorang mendapatkan hasil tes negatif COVID-19 namun merasa bingung lantaran dirinya pernah berkontak erat dengan pasien positif lalu mengalami gejala, seperti batuk dan hidung tersumbat.

Jika seperti ini, faktor apa sajakah yang dapat memengaruhi hasil tes COVID-19?

Prosedur pengambilan sampel

Menurut pakar Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Dr. Titik Nuryastuti, M.Si., Ph.D., Sp.MK (K), ada sejumlah faktor yang dapat memengaruhi hasil tes PCR.

Salah duanya adalah prosedur pengambilan sampel dan faktor waktu.

Titik mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang mampu memengaruhi hasil uji swab PCR, di antaranya adalah fase pra-analitik, analitik, dan pasca-analitik.

Pra-analitik merupakan fase yang memberikan pengaruh paling besar. Ini meliputi proses pengambilan sampel, penanganan, dan transportasi sampel sebelum sampai di laboratorium, penyimpanan serta pengiriman sampel.

Sementara fase analitik adalah proses pengerjaan ekstraksi RNA dan PCR itu sendiri. Lalu yang terakhir adalah fase pasca-analitik, yaitu tahapan interpretasi hasil dan diserahkan pada pasien.

“Tahapan-tahapan tersebut tentunya dapat memengaruhi keakuratan hasil pemeriksaan tes PCR,” jelas Dr. Titik.

Waktu pengambilan sampel tes PCR

Waktu pengambilan sampel tes PCR

Gambar dari Freepik

Selain prosedur pengambilan sampel, lanjut Dr. Titik, waktu pengambilan swab yang berbeda juga bisa menunjukkan hasil pemeriksaan yang berbeda pula.

Contohnya, seseorang melakukan tes PCR di rumah sakit dan hasilnya positif. Lalu keesokan harinya melakukan swab PCR lagi di rumah sakit yang berbeda, tetapi hasilnya malah menjadi negatif.

“Bila ini terjadi dalam masa inkubasi virus, yaitu hari ke 2 – 14 setelah terpapar, kondisi ini disebut sebagai negatif palsu. Ini mungkin terjadi karena jumlah virus (viral load) yang rendah dan berada di bawah ambang deteksi PCR sehingga memberikan hasil negatif,” ungkap Dr. Titik.

Jadi, jelas Dr. Titik, hal tes PCR ini bisa dipengaruhi oleh pengambilan sampelnya, prosedur pengambilan sampel, tranportasi sampel ke lab dan lainnya. Namun yang terpenting adalah timing saat pengambilan sampel.

Lantas, kapankah waktu yang tepat untuk menjalani tes COVID-19?

Masa inkubasi Omicron

Studi terkini dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yang menganalisa data dari 6 orang pasien Omicron menemukan bahwa masa inkubasi pasien Omicron adalah 73 jam atau 3 hari.

Dari keenam pasien tersebut, sebagian pasien mulai mengalami gejala lebih awal, yaitu 33 jam setelah terpapar. Sementara yang lainnya menunjukkan gejala 75 jam setelah terinfeksi.

Ini membuktikan bahwa masa inkubasi Omicron lebih singkat dibandingkan dengan varian pendahulunya, termasuk Delta, yaitu 4 – 14 hari.

Periode penularan Omicron

Periode penularan Omicron

Gambar dari Freepik

Para peneliti CDC mengungkapkan bahwa sebagian besar pasien COVID-19 dapat menularkan virus 1 – 2 hari sebelum dan 2 – 3 hari setelah mengalami gejala. Ini berarti penderita COVID-19 dapat menjadi sumber penularan Omicron selama sekitar 5 hari.

Selain itu, mereka pun menganjurkan setiap orang untuk menjalani pemeriksaan setidaknya 5 hari setelah melakukan kontak erat dengan penderita COVID-19.

Sementara menurut profesor sekaligus kepala penyakit menular Universitas di Buffallo, New York, Thomas Russo, M.D., tes PCR seharusnya dilakukan sesegera mungkin atau bila perlu lebih singkat dari 5 hari.

“Jika hasilnya positif, Anda dapat segera mengisolasi diri dari yang lain atau mendapatkan penanganan lebih awal, apalagi bila Anda berisiko tinggi alami komplikasi,” lanjut Dr. Russo.

Beliau pun menegaskan, masa inkubasi Omicron hampir mirip dengan flu, yaitu 1 – 4 hari. Oleh karena itu, sangat penting untuk segera melakukan swab PCR jika mengalami gejala yang hampir mirip dengan flu biasa.

 

Jika Anda mengalami salah satu atau lebih gejala Omicron, ayo segera lakukan pemeriksaan untuk mencegah meluasnya penularan. Juga untuk mendapatkan penanganan dini agar tidak mengalami keparahan.

MurniCare sebagai healthcare provider yang kompeten dan berpengalaman, menyediakan layanan tes COVID-19 yang lengkap dan terjangkau, termasuk tes PCR.

Untuk pemesanan atau informasi lebih lanjut, hubungi MurniCare melalui Hotline 1500 813 atau WhatsApp 0811 811 146.

 

Tinggalkan Balasan