Kesehatan, Pembaruan

Croup dan Omicron: Cegah sebelum Bertambah Parah

Croup dan Omicron: Cegah sebelum Bertambah Parah

MurniCare, Jakarta – COVID-19 varian Omicron telah menimbulkan sejumlah komplikasi yang jarang terjadi saat Delta mendominasi, salah satunya adalah croup atau laringotrakeobronkitis.

Croup dan Omicron: Cegah sebelum Bertambah Parah

Gambar dari Freepik

Croup adalah penyakit saluran napas bagian atas yang sering terjadi pada anak. Terutama anak laki-laki di rentang usia 3 bulan hingga 5 tahun.

Terkait waktu kemunculannya, croup kerap menjangkiti anak-anak pada musim gugur dan di awal musim dingin. Sementara untuk gejalanya sendiri akan semakin parah pada malam hari.

Meskipun kebanyakan kasus croup tidak mengancam jiwa, setiap orang tua wajib mengenali gejalanya untuk mencegah kefatalan pada anak. Sebab jika tidak segera diobati, penyakit yang menyerang pernapasan ini dapat menimbulkan gejala yang parah.

Penyebab Croup

Umumnya, croup disebabkan oleh infeksi virus parainfluenza dan sejumlah virus lainnya yang terdiri dari influenza, adenovirus, dan enterovirus.

Namun terkadang penyakit ini juga dapat dipicu oleh bakteri, alergi, dan refluks dari perut, yaitu saat isi perut naik kembali ke kerongkongan. Croup yang tidak diakibatkan oleh virus ini sangatlah langka dan dikenal juga dengan istilah croup spasmodik.

Croup sendiri terjadi karena adanya peradangan dan pembengkakan pada kotak suara (laring), tenggorokan (trakea), dan saluran bronkial (bronkus).

Kedua kondisi ini bisa menimbulkan berbagai gejala pada anak, seperti batuk menggonggong yang khas dan keras, napas yang menderu, dan suara yang serak utamanya saat mereka menangis.

Bahkan pada beberapa kasus yang parah, croup dapat menyebabkan penyempitan pernapasan yang membuat anak kesulitan bernapas.

Hasil studi

Penyebab Croup

Gambar dari Freepik

Gejala croup akibat Omicron pertama kali dilaporkan dalam jurnal Pediatrics oleh Dr. Ryan Brewster dari Rumah Sakit Anak Boston.

Laporan ini berdasarkan pengamatan terhadap 75 anak dengan croup dan COVID-19 yang datang ke unit gawat darurat (UGD). Pengamatan tersebut dilakukan pada periode 1 Maret 2020 hingga 15 Januari 2022.

Dalam laporannya, Dr. Brewster menilai bahwa Omicron dapat menyebabkan gejala croup yang lebih parah daripada virus lainnya.

“Hal ini mengacu pada tingginya tingkat rawat inap dan jumlah dosis obat yang dibutuhkan oleh pasien croup Omicron di Rumah Sakit Anak Boston,” ungkapnya.

Sesuai dengan pola umum penyakit croup, sebagian besar anak yang mengalami gejala ini berusia di bawah 2 tahun, dan 72 persennya adalah anak laki-laki.

Pada pengamatan ini juga dilaporkan bahwa tidak ada seorang anak pun yang meninggal. Namun begitu, 9 anak dirawat di rumah sakit dan 4 anak membutuhkan perawatan yang intensif.

Sementara untuk pengobatannya, 97 persen anak dalam studi ini dan 29 persen yang dirawat di IGD diberikan deksametason. Terlebih lagi, semua anak yang dirawat di rumah sakit juga menerima epinefrin rasemat melalui nebulizer, yang disediakan untuk gejala sedang hingga parah.

Dan untuk dapat mengendalikan gejalanya, mereka yang dirawat di rumah sakit memerlukan rata-rata enam dosis deksametason dan delapan perawatan epinefrin nebulasi.

Menurut ahli

Menurut ahli terkait Croup dan Omicron

Gambar dari Freepik

Menurut Dicky Budiman, epidemiolog dari Griffith University, croup kerap menjangkiti anak-anak Indonesia melalui virus-virus lainnya.

Namun begitu, studi terbaru ini perlu jadi perhatian karena croup akibat Omicron bisa menyebabkan gejala yang lebih parah. Terutama pada anak usia di bawah satu tahun karena anatominya yang belum sempurna.

“Pada orang dewasa mungkin tidak terlalu parah, tetapi pada anak bisa lebih berbahaya karena organ mereka belum sempurna,” jelas Dicky.

Gejala khas croup, lanjut Dicky, adalah batuk keras seperti menggonggong yang biasanya terjadi pada malam hari sehingga mengganggu jam tidur anak.

Gejala seperti suara serak dan napas yang menderu pun akan Anda temui pada anak penderita croup. Ini dikarenakan adanya cairan peradangan yang menyumbat saluran napas bagian atas.

Untungnya, orang tua dapat menangani berbagai gejala ringan ini tanpa harus ke rumah sakit. Dalam penanganannya, orang tua bisa duduk bersama anak sambil menghirup kabut dingin dari pelembab udara atau uap air panas.

Gejala yang perlu diwaspadai

Namun begitu, orang tua harus segera membawa anak ke rumah sakit jika gejalanya berubah menjadi berat.

“Segera mencari pertolongan karena croup juga bisa fatal,” kata Dicky.

Berikut ini adalah gejala croup berat pada anak yang perlu orang tua waspadai:

  1. Napasnya sering terdengar bising dan batuk menggonggong saat sedang istirahat.
  2. Tulang dada atau tulang rusuknya terlihat mengecil.
  3. Perutnya bergerak lebih dari biasanya saat mengambil napas.
  4. Kesulitan bernapas.
  5. Terjadi peningkatan kelelahan atau kantuk.
  6. Bibir dan jarinya membiru.
  7. Demam tinggi di atas 37,7 derajat selama lebih dari tiga hari.

Dengan semakin banyaknya gejala baru akibat Omicron yang muncul ke permukaan, setiap orang seharusnya tidak meremehkan varian ini. Langkah pencegahan harus terus dilakukan, mengingat anak usia di bawah 5 tahun belum bisa mendapatkan vaksin.

Oleh karena itu, jika anak Anda mengalami gejala croup, segeralah lakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah karena COVID-19 atau virus lain.

Selain untuk mencegah meluasnya penularan, menjalani tes COVID-19 pun membantu Anda mengantisipasi agar gejalanya pada anak tidak bertambah parah.

MurniCare sebagai healthcare provider yang komprehensif, menyediakan berbagai layanan kesehatan yang Anda butuhkan, termasuk tes COVID-19 yang lengkap dan terjangkau.

Terlebih lagi, layanan pemeriksaan ini pun terbagi ke dalam 3 pilihan, yaitu Home Service, Corporate Service, dan Drive Thru.

Selain itu, MurniCare pun menyediakan layanan doctor visit untuk perawatan isoman yang aman dan nyaman serta vitamin C injection untuk mempercepat masa pemulihan.

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi MurniCare melalui Hotline 1500 813 atau WhatsApp 0811 811 146.