Hindari Hoax! Ketahui Mitos dan Fakta Seputar Vaksin COVID-19

MurniCare, Jakarta – Vaksinasi menjadi salah satu upaya untuk menangani pandemi COVID-19. Hadirnya vaksinasi memberikan harapan kepada semua masyarakat di dunia bahwa kita bisa menang melawan pandemi. Centers for Disease Control (CDC) menjelaskan bahwa vaksin COVID-19 efektif dalam mencegah gejala yang serius atau parah ketika Anda terinfeksi COVID-19.

(Gambar dari Freepik)
Memang vaksinasi tidak menutup kemungkinan Anda tetap terinfeksi COVID-19, namun vaksinasi bisa memproteksi tubuh kita sehingga gejala yang dirasakan tidak berat.
Hingga saat ini, program vaksinasi terus dijalankan pemerintah untuk mencapai kekebalan komunal atau herd immunity. Namun sayangnya, ada banyak informasi yang salah atau tidak bisa dibuktikan kebenarannya sehingga tidak sedikit orang yang ragu bahkan menolak vaksinasi.
Banyaknya berita simpang siur yang beredar dan tidak bisa dibuktikan pernyataannya secara ilmiah, seperti lewat grup WhatsApp atau hanya berdasarkan “katanya” dan bahkan teori konspirasi tertentu, tentu saja bisa menghambat program vaksinasi pemerintah. Hal ini tentunya berdampak buruk bagi kita semua dan mengakibatkan pandemi yang semakin berkepanjangan.
Oleh karena itu, Anda harus menjadi masyarakat cerdas dan tidak mudah percaya hoax dengan memilah berita yang Anda baca serta memvalidasi berita tersebut dari beberapa sumber.
Agar tidak salah, simak beberapa mitos akan vaksin COVID-19 berikut ini:
1) Vaksin COVID-19 tidak aman karena dikembangkan dengan tergesa-gesa
Pernyataan ini sering ditemukan dan diucapkan oleh orang yang skeptis akan efektivitas vaksin COVID-19 yang diciptakan dengan cepat. Namun faktanya, vaksin Corona terbukti aman karena telah mengikuti berbagai proses pengujian dengan standar yang ketat.
Selain itu, Direktur Johns Hopkins Office of Critical Event Preparedness and Response, Gabor D. Kelen, M.D., FACEP, FAAEM, FRCP(C), menjelaskan bahwa ada banyak alasan mengapa vaksin COVID-19 dapat dikembangkan begitu cepat.
Salah satunya adalah karena vaksin COVID-19 dibuat dengan metode yang telah dikembangkan selama bertahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu, perusahaan dapat memulai proses pengembangan vaksin sesegera mungkin.
Kemudian, agar bisa digunakan vaksin COVID-19 yang beredar saat ini juga telah mengikuti berbagai tahapan uji klinis hingga terbukti aman dan efektif serta memperoleh Emergency Use Authorization (EUA) atau otorisasi penggunaan darurat.
2) Vaksin bisa membuat terinfeksi COVID-19
Anda pasti sering mendengar mitos dimana vaksin bisa membuat seseorang terinfeksi COVID-19. Faktanya, vaksin COVID-19 yang direkomendasikan terbukti tidak mengandung virus hidup yang menyebabkan COVID-19.
Dr Katherine O’Brien dari WHO (Badan Kesehatan Dunia) memaparkan bahwa cara kerja vaksin adalah mengenalkan sedikit bagian dari virus pada tubuh kita agar tubuh bisa mengembangkan respons kekebalan sendiri untuk menghadapi virus yang sebenarnya.
Oleh karena itu, pembentukan sistem kekebalan tubuh ketika vaksin bisa menimbulkan beberapa gejala ringan seperti demam. Gejala ini normal dan merupakan pertanda bahwa tubuh sedang membangun perlindungan.
3) Memiliki efek samping yang berbahaya
WHO menjelaskan bahwa efek samping dari vaksinasi COVID-19 sebagian besar adalah efek ringan hingga sedang, dan hanya berlangsung dalam waktu singkat. Sebagai contoh; nyeri di lengan yang divaksin, demam, sakit kepala, kelelahan, nyeri otot, kedinginan, dan diare.
Namun, gejala-gejala tersebut dapat diatasi dengan istirahat yang cukup dan biasanya akan hilang dalam beberapa jam kemudian.

(Gambar dari Freepik)
4) Setelah vaksin tidak perlu memakai masker lagi
Faktanya, meskipun Anda sudah mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 baik satu maupun dua kali; bukan berarti Anda sudah terbebas dari risiko infeksi COVID-19.
Mendukung pernyataan tersebut, Kristin Englund, MD selaku Dokter Spesialis Penyakit Menular menjelaskan bahwa vaksin membutuhkan waktu untuk bekerja secara optimal. Selain itu, vaksin juga tidak memberikan perlindungan 100%.
Dengan demikian, tetap menggunakan masker meskipun telah divaksinasi juga bisa melindungi orang-orang yang tidak dapat divaksinasi maupun orang-orang yang sudah atau sedang membentuk sistem kekebalan tubuh secara optimal setelah divaksinasi.
5) Vaksin Covid-19 mengandung microchip magnetic
Faktanya tidak ada bukti yang menunjukan bahwa vaksin COVID-19 memiliki chip Radio-Frequency-Identification (RFID).
Fakta tersebut juga didukung dengan berbagai bukti ilmiah serta pernyataan para ahli, salah satunya, Dr. Thomas Hope, peneliti vaksin dan profesor biologi sel dan perkembangan di Fakultas Kedokteran Universitas Northwestern.
Dr. Thomas Hope menjelaskan bahwa vaksin Corona pada dasarnya terdiri dari protein dan lipid, garam, air, dan bahan kimia yang menjaga PH. Sehingga tidak ada bahan apapun yang dapat berinteraksi dengan magnet.
Nah itu dia beberapa mitos dan fakta seputar Vaksin COVID-19. Di zaman digital seperti saat ini memang mudah sekali menyebarkan atau mendapatkan informasi yang tidak benar. Oleh karena itu, Anda perlu melakukan cross-check dan memastikan kebenaran setiap informasi yang Anda dapatkan sehingga tidak salah jalan.
Saat ini, vaksinasi telah terbukti efektif membantu mengurangi gejala parah dari COVID-19. Jadi, yuk sukseskan program vaksinasi pemerintah dan tetap jaga 5M; Mencuci tangan dengan sabun, Menggunakan Masker, Menjaga Jarak, Menjauhi Kerumunan dan Mengurangi Mobilitas.