Cacar Monyet – Gejala, Penyebab, dan Pencegahan
MurniCare, Jakarta – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak warga dunia untuk mewaspadai penyakit cacar monyet alias monkeypox. Bukan tanpa alasan, ini dikarenakan virus cacar monyet telah menyebar di 30 negara di luar wilayah endemiknya tanpa terdeteksi selama beberapa waktu.
Oleh karena itu, langkah pencegahan harus segera diterapkan sebelum angka penularan mengalami kenaikan. Dalam artikel ini tersemat cara mencegah penyebaran monkeypox. Namun sebelum itu, ketahui dulu yuk apa itu cacar monyet.
Apa itu cacar monyet?
Cacar monyet atau monkeypox adalah salah satu jenis penyakit cacar yang disebabkan oleh virus zoonosis.
Penyakit ini pertama kali ditemukan pada tahun 1958 saat sekumpulan kera yang dipelihara di laboratorium suatu institusi kesehatan terserang wabah cacar.
Sementara pada manusia, kasus cacar monyet sendiri muncul pertama kali pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo.
Umumnya, penularan monkeypox terjadi melalui darah, air liur, cairah tubuh, lesi kulit atau cairan pada cacar, dan droplet pernapasan.
Selain itu, penyakit menular ini juga biasanya ditandai dengan demam dan ruam kulit yang melepuh menjadi vesikel atau lenting, yaitu lepuhan kulit yang berisi cairan.
Penyebab cacar monyet
Penyebab utama monkeypox adalah virus langka yang berasal dari hewan, yaitu zoonosis. Virus ini termasuk ke dalam genus Orthopoxvirus dari famili Poxviridae yang bersifat highlipatogenik.
Mengutip CDC, virus cacar monyet ini menular melalui kontak langsung dengan hewan atau seseorang yang terinfeksi dan benda yang terkontaminasi.
Di Afrika sendiri, penularan virus zoonosis dari hewan ke manusia terjadi melalui kontak erat dengan monyet, tikus, dan tupai yang terinfeksi. Kontak ini dapat berupa cakaran atau gigitan hewan maupun kontak langsung dengan cairan atau lesi kulit hewan.
Sementara itu, penularan cacar monyet antarmanusia biasanya terjadi melalui droplet pernapasan seseorang yang terinfeksi saat dia batuk, bersin, dan bicara. Di sisi lain, virus ini juga dapat berpindah dari tubuh ibu hamil ke dalam janin melalui plasenta.
Namun demikian, kasus penularan monkeypox dari manusia ke manusia masih terbilang minim karena membutuhkan kontak yang lama.
Gejala cacar monyet
Masa inkubasi cacar monyet bisa berkisar antara 6-16 hari. Atau bahkan dapat terjadi dalam rentang waktu yang lebih panjang, yaitu sekitar 5-21 hari.
Mengutip dari WHO, munculnya gejala monkeypox terbagi ke dalam ke 2 fase, yaitu fase invasi dan fase erupsi kulit.
Pada fase invasi yang terjadi dalam 0-5 hari setelah virus pertama kali menginfeksi, penderita cacar monyet umumnya akan mengalami gejala berikut ini.
- Demam.
- Lemas parah atau asthenia.
- Sakit kepala hebat.
- Nyeri punggung.
- Nyeri otot.
- Limfadenopati, yaitu pembengkakan pada kelenjar getah bening.
Pembengkakan tersebut biasanya ditandai dengan adanya benjolan di leher, ketiak, atau selangkangan. Gejala ini juga yang menjadi faktor pembeda antara penyakit monkeypox dengan cacar lainnya.
Sementara pada fase erupsi kulit, yaitu fase paling infeksius yang terjadi pada 1-3 hari setelah demam muncul, ruam atau lesi kulit akan bermunculan pada wajah lalu menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Secara bertahap, ruam yang terbentuk biasanya diawali dengan bintik-bintik merah seperti cacar makulopapula yang kemudian berubah menjadi lepuh berisi cairan bening atau juga nanah.
Dalam waktu kurang lebih 10 hari, ruam akan mengering dan mengeras membentuk kerak atau keropeng di kulit. Dibutuhkan waktu sekitar 3 minggu sampai seluruh keropeng pada kulit menghilang atau rontok dengan sendirinya.
Apabila Anda mengalami gejala atau merasa melakukan kontak erat dengan hewan atau seseorang yang terinfeksi cacar monyet, sebaiknya segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat.
Ini bertujuan agar Anda lebih cepat mendapatkan penanganan yang tepat untuk menghindari penyakit komplikasi yang gawat.
Diagnosis
Untuk memastikan apakah Anda mengidap monkeypox atau tidak, dokter biasanya akan memeriksa gejala dan jenis ruam yang bermunculan.
Namun, gejala dan ruam yang terjadi bisa saja disebabkan oleh penyakit cacar lain. Oleh karena itu, dokter akan menjalankan pemeriksaan lanjutan untuk mendeteksi ada atau tidaknya virus cacar monyet dalam tubuh.
Pemeriksaan lanjutan ini terdiri dari tes darah, tes usap tenggorakan, dan biopsi kulit, yaitu dengan mengambil sampel jaringan kulit yang akan diperiksa menggunakan mikroskop.
Pengobatan
Sampai detik ini, belum ada pengobatan khusus untuk mengatasi penyakit cacar monyet.
Namun begitu, penyakit ini dapat ditangani dengan mengendalikan gejalanya melalui perawatan yang bersifat suportif dan melalui penggunaan antivirus.
Perawatan suportif disini bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dalam melawan infeksi. Sedangkan penggunaan antivirus seperti cidofovir atau tecovirimat yang biasa digunakan untuk mengobati cacar, bertujuan untuk mendukung proses pemulihan.
Kendati demikian, penggunaan obat ini tidak dianjurkan untuk orang dewasa dengan berat kurang dari 40 kg dan anak dengan berat kurang dari 13 kg.
Di samping itu, penting juga untuk diketahui bahwa pasien cacar monyet membutuhkan perawatan intensif di ruang isolasi untuk mencegah adanya penularan.
Komplikasi
Cacar monyet adalah penyakit yang memang dapat sembuh dengan sendirinya (self-limiting disease). Akan tetapi, penyakit ini ternyata berpotensi menimbulkan sejumlah komplikasi seperti infeksi paru-paru, radang otak, infeksi kornea, dan infeksi bakteri.
Risiko komplikasi ini dinilai lebih tinggi terjadi pada anak-anak, orang dengan daya tahan tubuh lemah, dan orang yang tidak mendapatkan vaksin cacar monyet.
Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan langkah pencegahan daripada harus jatuh sakit dan menjalani masa pemulihan yang cukup panjang. Seperti kata pepatah, mencegah lebih baik daripada mengobati.
Pencegahan
Agar terlindung dari bahaya virus cacar monyet, menghindari kontak langsung dengan inangnya (hewan atau manusia) adalah langkah pencegahan yang utama.
Ada pun beberapa langkah pencegahan lain yang dapat Anda lakukan, yaitu:
- Mematuhi protokol kesehatan dengan menghindari kerumunan, mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, dan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat.
- Menghindari kontak dengan benda yang telah bersentuhan dengan hewan atau seseorang yang sakit.
- Tidak mengonsumsi daging hewan liar.
Selain itu, pemberian vaksin tentunya sangat diperlukan untuk mencegah semakin meluasnya penularan. Vaksin yang diberikan saat ini adalah vaksin Jynneos, yaitu vaksin yang biasa digunakan untuk mencegah penyakit cacar (smallpox).
Itulah informasi seputar apa itu cacar monyet atau monkeypox beserta gejala, penyebab, dan cara mencegahnya. Semoga setelah membaca artikel ini, Anda dapat terhindar dari penyakit cacar monyet.
Namun bila Anda mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas, segera periksakan diri ke layanan kesehatan yang kompeten dan berpengalaman seperti MurniCare.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi MurniCare melalui Hotline 1500 813 atau WhatsApp 0811 811 146.